Enda Nasution pantas merasa kecewa sekaligus takjub
karena artikelnya yang mengupas tuntas tentang blog ditolak
mentah-mentah oleh sejumlah media massa di tanah air. Kecewa karena ia merasa
buah karyanya itu cukup lengkap sehingga sudah layak untuk dipublikasikan.
Enda pun merasa takjub bin heran karena ternyata negeri
ini masih saja gagap dengan sinyal-sinyal perubahan. Boleh jadi penolakan
tersebut disebabkan karena pada kala itu, kebanyakan orang Indonesia masih
tidak mengerti –atau tidak mau mengerti– tentang apa itu blog.
Akan tetapi, apa yang terjadi beberapa tahun kemudian?
Makhluk bernama blog yang ingin dikenalkan oleh Enda namun ternyata
tidak dianggap itu kini menjadi ajang unjuk gigi yang dinilai paling mutakhir
dan efektif.
Kendati sedikit terlambat, Enda akhirnya mendapat ganjaran setimpal
atas jerih payahnya selama ini: ia didaulat sebagai Bapak Blogger Indonesia.
“Kehadiran blog adalah peluang untuk menyingkirkan segala keterbatasan
yang menghalangi seseorang untuk mendapatkan informasi yang seluas-luasnya.”
Ungkapnya.
Meraih Berkah Berkat Jerih Payah
Tulisan
berjudul “Apa itu Blog?” karya Enda bisa dianggap sebagai artikel
berbahasa Indonesia pertama yang paling komplit mengulas semua tentang blog.
Enda mengibaratkan blog layaknya hewan kesayangan yang memerlukan
perhatian dan perawatan. Dunia blog bukan dunia antah-berantah seperti
yang ada di benak banyak orang selama ini. Meskipun gayung tak bersambut, Enda
terus berupaya memberikan penyuluhan kepada publik agar tidak ragu untuk
menggauli blog.
Dengan tekun, Enda tidak pernah berhenti mengenalkan
apa itu blog, tahap demi tahap, mulai dari hal yang paling remeh dan
mendasar hingga ke level yang lebih tinggi. Enda memandu jalan untuk menyusuri
labirin blog yang saat itu masih asing bagi orang Indonesia.
Ketekunan Enda tampaknya tidak sia-sia. Hingga kini,
artikel “Apa itu Blog?” yang dipajang di blog pribadi Enda, Enda.GoblogMedia.com,
telah dianggap sebagai semacam kitab suci bagi para blogger se-Indonesia
Raya, saking banyaknya orang yang membaca artikel karya Enda itu.
Sebelum kiprahnya yang memukau di semesta blog nasional,
Enda sempat meniti karir sebagai copywriter di Ogilvy & Mather
Jakarta. Perusahaan agensi bertaraf internasional yang berdiri sejak 1948 ini
bergerak di bidang advertising, marketing, dan public relation.
Di belantika iklan dan marketing ini pun Enda
tampil memuaskan, bahkan sukses menorehkan catatan manis. Tahun 2001 dan 2002,
karya Enda untuk iklan Dancow dan Sampoerna A Mild berhasil menyabet Indonesian
Ad Award. Enda juga termasuk sebagai finalis dalam ajang Clio
Advertising Award 2002.
Tak hanya itu, gelar The
Hottest Cretive Person se-Asia tahun 2002 dan 2003 dari Campaign Brief Asia
pun tersemat di dadanya. Campaign Brief Asia adalah majalah yang mengulas
segala bentuk kreativitas yang dibuat oleh orang-orang kreatif untuk dinikmati
oleh para kaum kreatif pula. Sejak diluncurkan pada 1998, Campaign Brief Asia
telah mengukuhkan diri sebagai salah satu majalah creative advertising trade
paling berpengaruh di Asia.
Meskipun sudah terbilang gemilang di ranah iklan, Enda
rupanya masih ingin belajar lebih banyak. Pada 2001, ia berkeputusan untuk
merambah dunia baru dan mengenalkannya kepada masyarakat di negeri ini. Di
tahun itulah Enda menulis artikel “Apa itu Blog?” yang apesnya pada saat
itu ternyata tidak laku.
Enda pantang menyerah dan terus berproses di alam barunya
itu. Pemilihan Umum 2004 menjadi salah satu moment penting dalam hidup
Enda di jalan blog. Ia berinisiatif membuat blog pertama di
Indonesia yang khusus mengulas tentang hiruk-pikuk Pemilu 2004, bernama Blog
Pemilu 2004, dengan alamat di www.Pemilu2004.GoblogMedia.com.
Postingan pertama untuk Blog Pemilu 2004 mengangkat
tajuk “Posting perdana: Some Ground Rules”. Dalam siar perdana ini, Enda
menyampaikan kabar bahwa Blog Pemilu 2004 dibuat dengan tema sentral
tentang Pemilu 2004, serta menyajikan berbagai postingan yang bersifat
informasi.
Kemudian, 5 hari sebelum
digelarnya Pemilu Pemilihan Anggota Legislatif yang dihelat 5 April 2004, Enda
memposting tulisan berjudul “Informasi tentang Pencoblosan” yang dilengkapi
data survei dengan maksud agar pembaca semakin paham tentang tata cara Pemilu.
Lebih menariknya, dalam
artikel berjudul “Tentang Pilihan Golput”, Enda mengajak agar jangan menjadi
Golput (Golongan Putih yang memilih tidak berpartisipasi dalam Pemilu).
Dengan memaksimalkan logika matematis, Enda berusaha
meyakinkan kepada publik bahwa bagaimanapun juga, keputusan untuk menjadi
Golput justru akan merugikan diri sendiri.
“Suara Golput tidak akan berpengaruh hanya disebabkan
satu hal, yaitu jika seorang yang Golput tersebut memang tidak mempunyai hak
memilih,” seru Enda dalam blog-nya.
“Jika partai yang leading adalah partai busuk,
maka mereka yang Golput itu, dengan tanpa memilih, sebetulnya telah ikut
memilih partai busuk itu!” lanjutnya. Terlepas dari berhasil atau tidak ajakan
Enda, setidaknya ia telah memberikan sumbangsih yang cukup massif dalam upaya
penyadaran politik bagi rakyat Indonesia.
Tidak hanya gejolak politik saja yang menjadi perhatian
Enda. Gelombang bencana alam, dari tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada
2004, disusul gempa bumi Yogyakarta pada 2006, membuat Enda tergerak untuk
mencipta sebuah blog berbahasa Inggris bernama “Indonesia
Help-Earthquake and Tsunami Victims” yang dapat diakes melalui www.IndonesiaHelp.Blogspot.com.
Blog ini mengusung tagline “Online information about
resources, aid and donations for quake and tsunami victims in Aceh & North
Sumatra and now in Yogyakarta (May 2006) (Indonesia)”. Lewat blog ini,
Enda tidak sekadar menyuguhkan informasi aktual mengenai pertolongan untuk
korban dan perkembangan daerah bencana alam, namun juga menyertakan data
komplit, termasuk alamat, nomor telepon, faksimili, dan rekening bank, apabila
para pembaca dari seluruh dunia ingin menyalurkan bantuan.
Bisa jadi karena sepak-terjangnya itu, Enda dilirik oleh
kaum blogger sejagat raya. Pada Desember 2005, Enda diundang untuk
menghadiri pertemuan blogger dari seluruh dunia dalam Global Voice 2nd Summit
yang digelar di Kantor Pusat Reuters di London, Inggris. Global
Voice Online adalah sebuah proyek yang digagas oleh Berkman Center for
Internet & Society dari Fakultas Hukum Universitas Harvard, Amerika
Serikat.
Acara itu berhasil mengumpulkan sedikitnya 80 orang,
yang terdiri atas para blogger dari seluruh dunia, perwakilan NGO, dan
sejumlah awak media papan atas seperti BBC dan The Guardian. Enda
patut berbangga hati dengan peristiwa monumental dalam perjalanan hidupnya itu.
Pengalaman berharga tersebut dituangkan Enda dalam blog pribadinya lewat
artikel singkat yang berjudul “Sedikit Cerita tentang GVO Summit di London”.
Enda kembali diundang dalam acara bertaraf
internasional pada bulan November 2006, Asia 21 Young Leader Summit di
Seoul, Korea Selatan. Enda bertemu dengan anak-anak muda berprestasi dari
berbagai negara. Mereka ini berasal dari beraneka ragam profesi. Dalam acara
ini, Enda berkesempatan menjadi panelis pada sesi khusus tentang Citizen
Journalism dan Blogging.
Kiprah Enda sebagai pakarnya blogger Indonesia
semakin mantap ketika ia didapuk menjadi chairman dalam Pesta Blogger
2007, event nasional tahunan para blogger Indonesia yang kala itu
baru pertama kali diselenggarakan. Pada tahun-tahun berikutnya, Enda tetap
dipercaya sebagai anggota Steering Committee Pesta Blogger.
Sepak terjang Enda di alam maya semakin nyata. Bersama
Komunitas Langsat, ia menancapkan taringnya di ranah online. Pada April
2009, mereka membuat situs tentang politik bernama www.Politikana.com.
Sebelumnya, Enda dan Komunitas Langsat sudah mengelola sejumlah web,
seperti www.DagDigDug.com, www.Ngerumpi.com, www.CuriPandang.com,
www.BicaraFilm.com, dan lainnya.
Semua situs itu berprinsip sama, yakni situs
partisipatif yang diisi para penggunanya sendiri. Inilah intisari dari peran
dan fungsi blog sebagai ujung tombak citizen journalism. Menurut
Enda, ide ini belum populer di Indonesia. Untuk lebih mengoptimalkan sumber
daya, akhirnya situs-situs itu ke dalam satu wadah besar yang bernama www.SalingSilang.com.
Situs inilah yang menjadi salah satu masterpiece Enda Nasution di jagat cyber.
Asia 21 Young Leader Summit adalah pertemuan para anak muda Asia
yang dinilai unggul di bidang masing-masing. Gerakan ini bertujuan untuk
mempersiapkan para pemimpin masa depan yang memiliki semangat global dan
berpikiran kreatif .
Tahun 2009, Enda Nasution bersama Komunitas Langsat
mempelopori perjuangan pembebasan Prita Mulyasari, seorang ibu rumah tangga
yang ditahan atas tuduhan pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). Bahkan, mereka juga turut andil dalam “Gerakan Koin
Keadilan untuk Prita Mulyasari” sebagai upaya untuk memperjuangkan keadilan
bagi Prita.
Sepak terjang Enda masih terus berlanjut. Tahun 2011,
Kantor Berita Jerman, Deutsche Welle, memilih Enda selaku salah seorang
perwakilan blogger yang dipercaya sebagai juri dalam blog award (penghargaan
blog) dengan tajuk The BOBs.
Merunut perjalanan Enda
kian memperkuat keyakinan bahwa perannya di belantika blog nasional
memang terhitung mumpuni. Enda tidak pernah patah arang untuk terus
mengkampanyekan internet kepada seluruh warga Indonesia. Oleh karena itu,
pantaslah kiranya jika gelar Bapak Blogger Indonesia disematkan kepada
Enda Nasution, sebagaimana bunyi dari artikel di The Jakarta Post yang berjudul
“Enda Nasution: The ‘Father’ of Indonesian Bloggers”.
Jejak Langkah Sang Aktivis
Enda Nasution, pria yang kelahiran Bandung, Jawa Barat,
pada 29 Juli 1975, ini pertama kali berjumpa dengan komputer ketika usia 10
tahun. Dapatlah dibayangkan seperti apa rupa komputer pada tahun 1985 itu. Tak
hanya itu, pengoperasian komputer pada waktu harus dengan bahasa program yang
memusingkan. Namun justru di sinilah keistimewaan seorang Enda di masa
kecilnya. Adalah sebuah hal yang menarik apabila ada seorang anak berusia 10
tahun berminat untuk bergaul dengan benda asing yang bernama komputer itu.
Setelah lulus SMA, Enda melanjutkan pendidikannya di
Institut Teknologi Bandung (ITB). Di salah satu kampus papan atas di Indonesia
itu, Enda diterima di Fakultas Teknik Sipil. Di masa inilah Enda mulai
bersinggungan dengan teknologi baru bernama internet. Seperti pengakuan Enda,
fase awal di mana ia mengenal internet terjadi pada era tahun 1995-1996. “Pada
saat pertama kali dapat yang namanya akses internet, ya kebetulan dulu
awal-awal ketika saya masih di Kampus ITB,” kenang Enda. Fasilitas internet di
Indonesia pada saat itu masih sangat terbatas, tidak mudah, dan tentunya tidak
murah.
Enda cukup beruntung
karena kampusnya menyediakan fasilitas internet, meskipun hanya bisa diakses di
tempat-tempat tertentu, salah satunya adalah lewat komputer yang teronggok di
laboratorium. Pada jam-jam kerja, komputer berinternet itu tidak pernah lowong
dari pengguna. Namun Enda tidak habis akal, ia nekat masuk ke laboratorium
ketika ruangan sepi, yakni di malam hari. “Saya datang ke laboratorium dari jam
10 malam sampai pagi,” ungkap Enda.
Demi aktualisasi informasi dan tidak ingin ketinggalan
teknologi, Enda rela menghabiskan malam demi malam di ruangan laboratorium
yang sunyi. Enda memberanikan diri untuk menyambangi rimba digital yang saat
itu masih sangat asing baginya. Enda menjelajahi alam dunia maya tanpa berbekal
peta. Ke mana kaki akan melangkah, di situlah jemari Enda menari di atas keyboard
untuk mengetikkan alamat-alamat baru yang entah berisi apa.
Dengan telaten, Enda melahap informasi demi informasi,
situs demi situs, dan, hasilnya, ia pun memperoleh banyak tambahan wawasan dan
pengetahuan baru. “Saya terus saja browsing sana browsing sini
sampai pagi. Setelah itu pulang untuk tidur. Malam berikutnya balik lagi
seperti itu,” seloroh Enda mengenang masa-masa mudanya itu.
Tidak hanya di dunia maya saja Enda bergerak, di dunia
nyata pun Enda terbilang militan. Ia tercatat sebagai seorang aktivis kampus
dan dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Sipil
ITB. Saat itu, kondisi perpolitikan di Indonesia sedang bergolak menjelang
runtuhnya rezim Orde Baru. Gejolak yang sama ternyata juga dirasakan oleh Enda,
ia merasa bahwa menjadi seorang insinyur sipil bukanlah jalan hidup yang harus
ia pilih.
Enda mengaku lebih
tertarik dengan proses sosial hubungan antar manusia dan masyarakat. Maka,
dengan tidak ragu lagi, Enda membaurkan diri ke dalam arus gelombang reformasi
yang menginginkan negeri ini bergerak ke arah yang lebih baik. Menjelang
lengsernya Soeharto, yakni pada kurun 1997-1998, Enda termasuk anak bangsa yang
berani mengepung Gedung DPR/MPR demi terwujudnya cita-cita perubahan.
“Kita punya keterbatasan untuk bertemu orang dan menerangkan apa
sebenarnya ide kita, tapi begitu tulisan atau ide itu kita tuangkan dalam
sebuah blog, maka ia akan menyebarkan dirinya sendiri.”
Perubahan yang didambakan itu akhirnya menjadi
kenyataan pada Mei 1998. Orde Baru usai dan digantikan oleh era yang baru, era
reformasi yang konon katanya adalah era kebebasan. Ternyata benar, jebolnya
dinding tebal Orde Baru membuat gelombang kebebasan membanjiri ibu pertiwi,
termasuk dalam aspek akses informasi.
Perlahan-lahan, internet mulai dikenal meskipun masih
banyak orang Indonesia yang tetap saja kukuh dengan kekolotannya, mereka
alergi terhadap barang asing itu. Namun tidak bagi Enda, bahkan nalurinya
seolah mengatakan bahwa inilah lorong yang diperlukannya untuk menggapai masa
depan.
Hingga akhirnya, garis takdir mempertemukannya dengan
sosok blog yang dianggapnya sangat fenomenal. Inilah media yang
dibutuhkan Enda, media tanpa batas! Apalagi Enda sudah menggemari dunia
tulis-menulis jauh sebelum mengenal internet. Bahkan, sedari usia SMP, Enda
sudah punya kebiasaan menulis buku harian.
Berkaitan dengan dunia pena ini, Enda berpendapat bahwa
blogging dapat meningkatkan kemampuan tulis seseorang dengan
sendirinya. Blogging juga sanggup untuk mengusung misi dan tujuan
tertentu yang ingin disampaikan dan dilihat banyak orang. Internet adalah
tempat di mana kekuatannya berada pada sebuah dunia teks yang sangat luas.
“Seorang blogger pada dasarnya adalah seorang aktivis online,”
tutur Enda.
“Kehadiran blog adalah
peluang untuk menyingkirkan segala keterbatasan yang menghalangi seseorang
untuk mendapatkan informasi yang seluas-luasnya,” tegas Enda.
Lewat sebuah blog, lanjutnya, seseorang dapat
mengisi blog-nya itu dengan segala konten yang dapat diakses oleh
khalayak demi mencapai tujuannya.
“Kita punya keterbatasan untuk bertemu orang dan
menerangkan apa sebenarnya ide kita, tapi begitu tulisan atau ide itu kita
tuangkan dalam sebuah blog, maka ia akan menyebarkan dirinya sendiri,”
terang Enda. Kekuatan blog di internet memang mahadahsyat, ia adalah
kekuatan baru bagi konsep media sosial.
Ketertarikan pada dunia digital inilah yang menguatkan
hati Enda bahwa ia harus berani mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Enda menyatakan pensiun dari segala daya dan upayanya untuk menjadi seorang
insinyur sipil dan memilih berkecimpung di alam semesta maya.
Petualangan Enda pada
akhirnya sampai pada sebuah titik manakala ia bekerjasama dengan Komunitas
Langsat. Banyak kegiatan yang kemudian muncul, seperti acara “Obrolan Langsat”
alias Obsat, sebuah diskusi sederhana yang mengulas berbagai fenomena di
dunia maya. Bahkan, berawal dari Obsat inilah akhirnya ketidakadilan
yang menimpa Prita Mulyasari bisa dimunculkan ke permukaan dan menjadi booming
di berbagai media.
“Internet adalah tempat di mana kekuatannya berada pada sebuah
dunia teks yang sangat luas.”
Terakhir, masih bersama Komunitas Langsat, Enda terus mengembangkan
proyek kreatifnya, www.SalingSilang.com. Portal ini merupakan situs
partisipatif yang kontennya dibuat sendiri oleh para penggunanya sekaligus
merupakan penggabungan dari beberapa situs tematik yang sebelumnya telah
dikembangkan Enda dan Komunitas Langsat. Diharapkan, penggabungan ini akan
memberi kemudahan untuk menciptakan kekuatan yang lebih besar dari para
pengguna internet.
Demikianlah, Enda memulai dan tidak
pernah berhenti memperjuangkan apa yang telah menjadi obsesinya. Kini, Enda
menikmati kehidupan bersama istri dan putri tercintanya di Taman Rasuna
Apartemen Residence, Kuningan, Jakarta Pusat. Dari sanalah mungkin ide-ide baru
yang selanjutnya akan bermunculan dari pemikiran kreatif Enda Nasution.
Aneka Nilai Pembangun Jiwa
“Jangan menyesal dan jangan pernah sekalipun menyalahkan
lingkungan, menyalahkan takdir, atau bahkan mungkin menyalahkan Tuhan atas
apapun yang terjadi pada diri kita.”
Enda Nasution merasa bahwa Tuhan tidak memberikan jalan
hidup menjadi seorang insinyur kepadanya. Enda mengaku bahwa jiwa yang ada
dalam dirinya sedikit banyak terbentuk akibat pengaruh dari beberapa bacaan
yang ia gemari sejak masa SMA dan awal kuliah.
Asal tahu saja, di usia-usia rentan masa penemuan jati
diri itu, Enda sangat menggemari karya-karya Umar Kayam dan Goenawan Mohamad.
Dua tokoh terkemuka di Indonesia itu diakui Enda telah memberikan sumbangsih
yang tidak sedikit bagi proses pembentukan identitas dirinya.
Mangan Ora
Mangan Kumpul karya Umar Kayam sangat Enda kagumi karena mengajarkan banyak
falsafah hidup. Sedangkan Goenawan Mohamad “memberikan” Catatan
Pinggir kepada Enda yang perlahan tapi pasti telah membentuknya untuk lebih
berjiwa humanis.
Enda juga sangat menaruh hormat kepada para kontributor di berbagai
situs yang telah mengajarkan dan memberikan pengetahuannya kepada masyarakat
luas secara bebas dan tanpa pamrih.
Salah satu contoh, Enda menyampaikan kekagumannya kepada para
pengisi dan penulis artikel di situs ensiklopedi gratis www.Wikipedia.com.
“Si pembuat atau pengisi artikel di Wikipedia jarang disebutkan namanya.
Bahkan, satu produk halamannya pun tidak bisa diakui sebagai produk seseorang
karena semuanya berasal dari kontribusi banyak orang,” salut Enda untuk Wikipedia
yang telah menyebarkan manfaat ke seluruh penjuru dunia itu.
Enda melihat bahwa kontributor tulisan di Wikipedia adalah
rombongan orang-orang yang menyebarkan ilmu dan pengetahuan dengan tulus dan
nyaris tanpa pamrih. Itulah yang kemudian membuat Enda selalu mengagumi mereka
yang dengan sukarela menyumbangkan karya demi orang lain. Enda angkat topi
untuk orang-orang yang justru melewatkan dirinya sendiri untuk mengeruk
keuntungan pribadi.
Menurut Enda, dirinya hanyalah seorang yang suka
mengalir saja dalam hidup. Ia cenderung spontan dalam mengambil keputusan. Enda
mencontohkan, ketika dirinya diajak bergabung secara penuh di Komunitas Langsat
dengan meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang profesional di sebuah
perusahaan, Enda langsung saja
setuju. Baginya, melakukan pekerjaan yang ia sukai secara fulltime
adalah sebuah tawaran yang tidak akan mungkin dapat ditolak kendati ia
mungkin saja harus mempertaruhkan banyak hal.
Meskipun demikian, Enda selalu berpegang teguh pada prinsip bahwa
setiap manusia harus dapat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan dan
dipilihnya. Jangan menyesal dan jangan pernah sekalipun menyalahkan
lingkungan, menyalahkan takdir, atau bahkan mungkin menyalahkan Tuhan atas
apapun yang terjadi.
“Begitu gagal atau mengalami sebuah tragedi, seringkali
kita mencari kekuatan dan kenyamanan justru di dalam pembenaran-pembenaran yang
dibungkus dengan sikap menyalahkan pihak lain,” tutur Enda. Menurutnya, sikap
pengecut seperti itu justru membuat seseorang tidak akan pernah dapat belajar
dan mengambil hikmah dari situasi atau kegagalan yang pernah menimpa.
Enda Nasution mempunyai catatan tersendiri tentang
perkembangan dunia maya di tanah air. Namun, Enda yakin bahwa semakin banyak
pengguna internet di Indonesia akan berdampak positif bagi perkembangan dan
kemajuan negeri ini. Enda menggarisbawahi bahwa konsep komunikasi dua arah
yang terjadi lewat internet secara tidak langsung akan membawa persatuan
bangsa ini menjadi semakin kuat.
“Semakin banyak dan semakin aktif orang Indonesia
menggunakan internet untuk berbicara satu sama lain, berbicara terbuka dan
transparan, maka tentu dampaknya akan baik bagi Indonesia secara keseluruhan,”
tegas Enda seraya menambahkan, “Dulu, yang strategis itu industri pesawat
terbang karena untuk menyatukan seluruh pulau-pulau secara fisik, tapi justru
ide kebangsaan sebenarnya bisa didapat dan dicapai ketika kita semua saling
berinteraksi lebih intens satu sama lain.”
Enda mengharapkan agar di masa yang akan datang,
panduan berinternet yang baik dapat dimasukkan ke kurikulum pendidikan dasar.
Dengan begitu, anak-anak dan generasi muda di negeri ini memiliki bekal yang
cukup untuk menggunakan fasilitas internet dengan bijak demi kemajuan diri dan
bangsanya.
Enda juga menyayangkan karena Indonesia belum memiliki
perencanaan yang baik untuk mengembangkan jaringan internet. “Dari Sabang
sampai Merauke berapa banyak sih yang sudah terjangkau oleh akses
internet? Berapa orang? Di Indonesia, kita tidak punya blue print berapa
banyak yang harus ditingkatkan untuk dapat dijangkau internet,” keluhnya. Enda
menambahkan bahwa negeri tetangga, Malaysia, ternyata sudah memiliki blue
print tentang perkembangan jaringan broadband internet dari waktu ke
waktu di negara itu.
Khusus untuk para blogger di tanah air, Enda mengharapkan agar
mereka dapat lebih jeli dalam menggali aneka ragam kearifan lokal yang ada di
daerah masing-masing. “Yang pasti, di Indonesia, dunia online peluangnya
masih sangat banyak bagi mereka yang agak mau bekerja keras,” kata Enda yang
lantas menambahkan, “Dari sisi konten saja, masih banyak yang belum tersedia,
misalnya informasi lengkap tentang daerah, travelling, makanan,
kesehatan, obat alternatif di daerah lokal, dan lain-lain.”
Enda menekankan bahwa sudah ada atau tidaknya sebuah
tema konten blog seharusnya tidak dijadikan alasan oleh para blogger untuk
tidak terus berkarya. Pada intinya, konten yang belum tersentuh adalah sebuah
peluang, demikian pula dengan konten lain yang mungkin telah disajikan, karena
hal itu masih dapat berpeluang untuk dibuat yang lebih lengkap dan lebih baik
lagi.
Akhir kata, Enda berpesan kepada blogger se-Indonesia
supaya jangan pernah menyerah dan berhenti berkarya, serta perbanyak interaksi
dengan bermacam komunitas untuk meningkatkan jaringan dan pengetahuan kita.
“Peluangnya masih banyak, jangan khawatir sudah kepenuhan, dan banyaklah
bergaul di komunitas-komunitas,” pungkas Enda.
Dalam episode kehidupan Enda Nasution, ada hal-hal
terpenting pada karakter dirinya yang kemudian mengantarkan Enda hingga
akhirnya mampu mencapai level seperti sekarang ini. Enda adalah seorang yang
memiliki keyakinan kuat atas apa yang telah ia percayai.
Coba bayangkan, apa jadinya jika di masa mudanya dulu
Enda ternyata memilih jalan hidup untuk menjadi seorang insinyur? Apa yang
bakal terjadi jika Enda kemudian berpikir logis dan berkeputusan untuk
bergelut dalam bidang teknik sipil sesuai dengan disiplin ilmu dan ijazah yang
ia peroleh dari ITB? Apabila semua itu terjadi, mungkin kita tidak akan pernah
mengenal Enda Nasution sebagai Bapak Blogger Indonesia.
Sejak awal bersinggungan dengan dunia maya, Enda
berkeyakinan kuat bahwa internet beserta segala yang termuat di dalamnya, tentunya termasuk blog, adalah
ujung tombak masa depan. Enda melihat bahwa internet akan mampu mengubah
seluruh segmen kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Oleh karena itu, Enda
tidak pernah ragu untuk berbelok arah menjadi seorang pegiat internet, dan
mengabaikan peluang yang mengarahkannya untuk menjadi insinyur.
Enda yakin bahwa hanya dengan berbekal cara berpikir
kreatif, ia dapat menangkap peluang di dalam internet sebagai media untuk
meraih apa yang ia dambakan. “Kreatif adalah mengkombinasikan pengetahuan dan
informasi dari segala bidang untuk menjadi sebuah ide baru,” ujarnya.
Selain itu, Enda adalah seorang yang tidak pelit untuk
berbagi. Ia dengan senang hati akan membagi pengetahuan dan ilmu yang
dimilikinya dengan siapa pun. Artikel “Apa itu Blog?” yang ditulis
sendiri oleh Enda merupakan salah satu wujud nyata bahwa ia tidak ragu untuk menyebarkan
apa yang diketahuinya kepada orang banyak. Enda memungut tiap-tiap butir
informasi tentang blog yang terserak di luasnya alam maya.
Dengan tekun, sabar, dan teliti, ia mengumpulkan dan merangkai
hal-ihwal mengenai blog dari berbagai situs yang sebagian merupakan
situs buatan orang luar negeri. Rangkaian informasi yang telah dikemas dengan
cukup matang dalam bahasa Indonesia itu, lantas ia berikan dengan penuh keikhlasan
kepada semua saudaranya sebangsa dan setanah air. Tanpa disangka-sangka,
tulisan “Apa itu Blog?” tersebut justru menjadi bahan wajib bagi
orang-orang ingin tahu atau bergelut di dunia blog.
Enda pun rajin berkampanye untuk menjelaskan tentang
manfaat blog bagi orang lain dan diri sendiri. Semangat dan sifat Enda
yang suka memberi dan bertukar informasi kepada semua orang ini juga pernah ia
wujudkan dengan membuat situs Pemilu 2004 dan situs berbahasa Inggris yang
menyediakan tentang semua informasi tentang bencana alam di Indonesia.
Tidak mengherankan apabila kemudian Enda menaruh respek terhadap
para pegiat Wikipedia yang memberikan ilmunya secara gratis. Enda
melihat bahwa kebesaran yang diperoleh Wikipedia sekarang ini justru
tidak lepas dari kebijakan mereka yang menggratiskan informasi yang telah
mereka himpun.
“Jika tidak diberikan
secara gratis, mungkin (Wikipedia) tidak akan sebesar sekarang,” timpal
Enda. Apa yang Enda rumuskan itu tampaknya memang benar. Mereka yang ikhlas
memberi justru akan mendapat imbalan yang bahkan tidak pernah mereka pikirkan
sebelumnya. Itulah sosok Enda Nasution, sosok yang rela memberi tanpa harus
menerima, karena ia punya kekuatan untuk sebuah keyakinan.
http://www.sherlomes.com/